Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Infaq dan Sedekah

Infaq dan Sedekah Infaq dan Sedekah, dua hal yang terkadang membuat bingung para #sedekaholic. Apa perbedaan dan persamaannya? Tapi sebenarnya apabila kita berniat berbuat baik, tidak usah mempermasalahkan arti, persamaan maupun perbedaaannya. Tentang Sedekah Asal mula kata Sedekah adalah dari bahasa arab shadaqa yang artinya “benar.”Jadi kesimpulannya dari asala kata tersebut orang yang gemar melakukan sedekah adalah orang yang benar tentang keyakinan dan pengakuan imannya, dalam arti dia termasuk orang yang mempunyai iman. Secara istilah yang dimaksud dengan sedekah adalah sama dengan pengertian infaq dan juga hukum dan ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Bedanya, jika infaq ada hubungannya dengan materi, sedangkan sedekah mempuyai arti yang lebih luas jika didalami, yaitu lebih bersifat berhubungan dengan hal yang bersifat non materi. Salah satu hadits yang menjelaskan infaq dan sedekah seperti berikut ini : “Tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan dari Allah...

Siapakah cinta pertama Rasulullah?

Laiknya manusia biasa, Nabi Muhammad SAW juga pernah jatuh cinta dan patah hati. Itu terjadi ketika beliau masih muda. Cinta pertama. Namun bukan Siti Khadijah yang menjadi cinta pertama beliau, melainkan seorang gadis asal suku Quraisy bernama Fakhitah. Siapakah gadis itu? Waktu itu paman sekaligus pelindung nabi paling gigih, Abu Thalib, memiliki tiga orang putra dan beberapa orang putri. Beberapa ada yang sebaya dan menjadi teman sepermainan nabi seperti anak tetua Abu Thalib yang bernama Thalib, Aqil yang berusia empat belas tahun dan Ja'far yang lebih muda. Nabi senang bermain bersama mereka, ditambah mereka juga pribadi-pribadi yang cerdas. Di antara anak-anak Abu Thalib ini ada salah satu yang menarik perhatian nabi. Ia adalah putri keempat Abu Thalib yang bernama Fakhitah ibn Abu Thalib atau yang kerap dipanggil dengan Umm Hani'. Perasaan cinta pun tumbuh di antara mereka berdua. Muhammad muda pun menemui pamannya itu. Beliau pun yakin bahwa perasaan cint...

Dialog Sufi dan Sang Presiden

Mungkin ini adalah pertemuan sakral yang: dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, ahli sufi, ahli fisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan - dengan Presiden RI pertama Ir. Soekarno.  Ia bersama rombongan saat itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.  “Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor-Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka dialog ketika menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.  “Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.  “Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (say...